Pagi sampai siang ini, kami (guru SDIT Insan Kamil) di tengah liburan semester mendapatkan asupan “gizi” dari beberapa pemateri. Kami harus mengikuti Pelatihan RME (Realistic Mathematic Education). Dibuka dengan “penampilan” dari Ustadzah Endah Yuliani, seorang praktisi pendidikan dan sudah memiliki banyak pengalaman mengajar dan sekarang menjabat sebagai Wa Ka Kurikulum SDI Al-Hikmah Surabaya. Sekolah Islam bergengsi dan bertaraf Internasional di Surabaya.
Beliau membuka sesi pertama dengan sebuah pertanyaan, “apakah arti pendidikan?”, “apa tujuan dari pendidikan?”, dan “bagaimana pendidikan kita hari ini? Apakah sudah tepat sasaran, atau kah hanya standar seperti itu-itu saja?”.
Padahal hari ini kita hidup di Exponential Time. Dimana waktu terus berjalan. Kita harus menyiapkan peserta didik kita untuk bisa menghadapi “jamannya”. Pelajaran hari ini harus bisa menyiapkannya menjadi manusia seutuhnya 20 tahun yang akan datang. Dan jaman mereka sama sekali berbeda dengan jaman kita hari ini.
Lalu, apa yang dibutuhkan oleh para peserta didik kita hari ini, untuk bekal mereka nanti, 20 tahun lagi?
Tujuan pendidikan pada hakikatnya adalah memberikan bekal pada peserta didik yang optimal (artinya sesuai dengan usia dan perkembangannya) untuk hidupnya di dunia dan di akhirat. Dan bekal tersebut harus mumpuni untuk 20 tahun yang akan datang.
Ada kata kunci yang disana. Bekal, optimal, 20 tahun, dan dunia-akhirat. Kata kunci-kata kunci tersebut jika dikerucutkan lagi akan membentuk 2 kata sederhana, yakni Sholih dan Kreatif. Ya, 20 tahun yang akan peserta kita harus memiliki 2 karakter minimal, yakni cerdas dan sholih. Cerdas dalam menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya dalam bingkai kesholihan. Sebab, hari ini saja, kehidupan serba instan disuguhkan dihadapan mereka. Yang menjadi guru hari ini, bukan hanya guru di sekolah, tapi juga televisi, internet, mbah google, PS, CD games, komputer, dan sebagainya. Dan ini masih akan terus berkembang 20 tahun yang akan datang.
Untuk membentengi mereka dari “tekanan” dunia luar, maka mau tidak mau kesholihan peserta didik menjadi target utama hari ini. Interaksi peserta didik dengan Al-Qur’an harus setiap saat terjaga dan terukur dengan baik. Dan guru, harus mampu menerjemahkan kurikulum yang diberikan DIKNAS dengan nilai-nilai kesholihan dalam Islam.
Ini bukan sebuah kerja ringan. Ini seperti memasukkan gajah ke dalam kulkas 1 pintu. Sebuah pekerjaan berat. Bahkan Ustadzah Endah mensitir dalam presentasi power point nya sebuah ungkapan, “Teachers struggling to teach an overloaded curriculum“.
Berbicara tentang perangkat pembelajaran stressing point nya terletak pada RPP (Rancangan Program Pembelajaran). Sebuah Grand Design pembelajaran di kelas. Tolok ukur keberhasilan pembelajaran satu kali tatap muka, yang berisi; cara pembelajaran, bahan dan alat, sistem evaluaiasi, sistem penilaian, matrikulasi penilaian, dan sebagainya semua tercantum pada RPP. Bahkan sekenario pertanyaan siswa sudah tergambar pada RPP yang baik. Itu idealnya.
Dan demi mencetak generasi yang sholih dan kraetif, harusnya seorang guru harus memiliki idealisme. Termasuk idealisme dalam membuat RPP tersebut.
Pada pembukaan, Ustadzah Ana (perwakilan lembaga) sempat menyampaikan (mungkin ini sudah sering disampaikan berkali-kali oleh beliau) bahwa untuk mencetak generasi yang Cerdas, Sholih, Kreatif, dan Mandiri, sebagaimana tag line Insan Kamil, dibutuhkan guru yang juga “lebih”. Seorang guru pejuang yang tak usang di telan zaman. Bahkan menembus ruang dan waktu.
Imam Ghozali pernah menyampaikan bahwa “mulianya seorang guru itu laksana matahari yang menyinari alam raya”. Dan agar sinarnya tetap terang, seorang guru harus juga terus belajar, belajar, belajar, belajar. Long lasting education, begitu harusnya seorang guru. Sehingga visi kita menjadikan anak-anak menjadi misionaris dalam aqidah Islamiyah akan tercapai. Jangan cepat puas dengan apa yang “dimiliki” hari ini. Sebab, ini adalah sebuah pekerjaan besar.
Semoga kita termasuk di dalamnya.Sang Pencerah itu. Amiin
***
Sidoarjo, Awal Januari 2011
Lantai 3 SDIT Insan Kamil
12.43 WIB
Ditemani angin sepoi-sepoi dan hijaunya sawah yang ada di sekeliling sekolah kami
(menghilangkan mengantuk yang mulai menyerang)
Ditandai:guru, pekerjaan, Sang Pencerah, SDIT Insan Kamil, sidoarjo
Monggo bagi yang ingin menambahkan komentar