Jejak Pertama : I am Proud To Be Scout


Bagi penulis pemula (cieeee) yang baru intens menulis 2 tahun belakangan -terlebih sejak Desember tahun lalu- saya tak pernah bermimpi untuk membukukan hasil karya saya. “Cukup posting-posting di note FB atau di blog saja,” begitu jawab saya kepada seorang sahabat sekaligus mentor pertama saya dalam menulis, Bapak Riza Almanfaluthi. Jawaban itu saya sampaikan kepada beliau ketika beliau bertanya apakah saya pernah punya keinginan untuk membukukan karya saya.

Pun ketika ada sebuah audisi menulis tentang Kepramukaan beredar di beberapa catatan Facebook kawan ‘baru’ saya. Saya iseng mengikutkan 3 tulisan tentang pengalaman yang paling berkesan selama saya menjadi seorang Pramuka. Ingat ya… Cuma iseng.

Saya benar-benar gak ngeh saat seseorang menambahkan saya pada sebuah Group di Fb berjudul PEnulis Antologi Pramuka. Saya pikir, saya masuk ke group itu karena saya telah mengirim naskah bukan karena naskah saya lolos. Juga tatkala seorang Bunda menyapa saya di chatbox Facebook seraya mengucapkan selamat atas 2 naskah yang masuk ke buku itu. Saya masih ngah ngoh, dengan bilangan itu. Dua??? Masa’ siy??? Makanya sampai beberapa hari setelahnya saya baru sadar kalau tulisan saya lolos untuk dibukukan. Senangnyaaaaaa…

Dan hari ini, Rabu, 28 Desember 2011, saya mendapatkan buku itu di tangan saya. Seorang kurir memberikan sebuah bungkusan berwarna coklat sambil meminta maaf karena tak bisa mengirim paket itu kemarin karena banjir melanda Kota Sidoarjo. O iya, saya membeli buku tersebut secara online di leutikaprio.com, sebuah indie publisher yang menerbitkan buku antologi Pramuka itu. Saya membeli sekaligus, agar tak membayar ongkos kirimnya.

Saya langsung mencari 2 judul tulisan saya yang lolos masuk ke dalam antologi. Selain “I am Proud To Be Scout”, mata saya langsung mencari “Akulah Sang Pemimpin Regu”. Dalam naskah kedua, terasa sekali bahwa cerita dalam naskah ini masih acak-acakan. Sebab saya tidak konsisten menyebut “aku” sebagai orang pertama dalam tulisan itu. Ya… Wajar… Tulisan ini dibuat dibatas akhir deadline audisi. Tak banyak waktu untuk mengedit tulisan. Terlebih ada batasan tak boleh lebih dari 500 kata. (ngeles.com)

Well… Semoga buku ini bukan menjadi buku pertama dan terakhir saya. Semoga akan banyak buku-buku lain yang terbit. Semoga, tulisan-tulisan saya bisa memberikan manfaat, meski gaya bahasanya masih acak kadul gak keruan. Dan semoga tahun 2012 nanti rencana menulis buku bersama Bu Heny, seorang psikolog tumbuh kembang anak, bisa terlaksana.

Di bagian akhir tulisan ini, ijinkan saya menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesarnya kepada Pak Riza yang telah memotivasi saya untuk menulis. Bapak benar. Bahwa menulis itu mengabadikan sesuatu. Bapak juga benar, saya masih harus mencari sebanyak-banyaknya bentuk gaya bahasa penulisan, dan untuk menyelaminya tak ada yang lebih berarti selain banyak membaca. Bapak benar, menulis itu membuang gundah, galau, dan sebagainya. Dan saya juga akan selalu ingat pesan bapak untuk saya. Sekali lagi, terima kasih, Pak Riza…

Selain itu, saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada suami tercinta, Rochman Mujayanto, yang terus memberikan kesempatan dan ijin kepada saya untuk tetap menulis.   Terlebih saat menulis 3 naskah yang saya ikutkan dalam audisi ini.

Saya Bersama Fauzan, Fajar, Firdaus, dan Ning Elok Plus Buku I am Proud To Be Scout

Foto di atas diambil sesaat setelah buku saya terima, pagi tadi.

***
Gubug Jingga  Di Dalam Hujan
Sidoarjo, 28 Desember 2011
17:54
Masih dengan potongan purnama yang kusuapkan untukmu satu persatu

6 tanggapan untuk “Jejak Pertama : I am Proud To Be Scout

Monggo bagi yang ingin menambahkan komentar