Sport Jantung yang Bikin Kepala Pening Tujuh Keliling


Semalam, tak ada pilihan lain selain menaiki bis malam “Panda” yang merupakan milik Perusahaan Otobus Sinar Mandiri Mulia (SMM). Sebab, jadwal keberangkatan PO. Jaya Utama baru saja terlewatkan oleh saya. Hffffffhhh… Harus bersiap untuk sport jantung lagi niy…

PO. Sinar Mandiri Mulia

Ya, semalam saya dan anak saya (kembali) melakukan perjalanan dari Semarang ke Surabaya. Daaaaaan… saat itu, yang telah bersiap sedia di depan pintu masuk terminal Terboyo adalah Bus Panda.

Penumpang yang telah ada di atas bus baru 7 orang. Untungnya, saya mendapatkan tempat yang paling saya idamkan. Kursi paling depan, di belakang sopir.

Tempat duduk ini adalah tempat duduk paaaaaaling istimewa menurut saya. Selain deretan kedua di sebelah kiri. Nyaman rasanya saat melihat “pemandangan” selama perjalanan melalu kaca depan, walau cuma melihat dalam gelap -karena perjalanan dilakukan pada malam hari-. Paling tidak, itu yang saya rasakan saat saya ber-bismania dengan PO. Harapan Jaya, PO. Kramat Djati, dan PO. Rosalia Indah.

But… Pengalaman semalam membuat semua mimpi indah saya, duduk di belakang kursi sopir, terhapus. Fiuuuuuhhhh… Jantung saya sampai terasa benar-benar terlepas dari tempatnya. Dag dig dug duer rasanya. Beberapa kali pak sopir -yang sudah sangat lihai dan ma’rifat dengan kondisi jalan itu- mengerem mendadak. Beberapa kali juga pak sopir berkumis tebal itu memainkan klaksonnya. Beberapa kali pak sopir tambun itu mepet-mepet ke kiri meminta jalan kepada kendaraan di belakangnya. Dia berusaha menyalip kendaraan itu meskipun jarak yang akan dilaluinya cukup sempit.  Beberapa kali pengendara motor yang akan disusulnya seakan mau ‘ditutul‘ oleh hidung bus berwarna hijau tersebut. Gimana gak sport jantung, coba?

Kondisi badan yang agak kurang sehat, rasa kantuk yang menguasai mata, ransel berisi laptop yang harus senantiasa dalam pengawasan, juga Fauzan yang sedang tidur di pangkuan, membuat konsentrasi saya seperti benar-benar tercabik. Hayayaya… Ingin rasanya berteriak, “Pak Sopiiiiiiiiiiiir… Anda sedang membawa banyak nyawa disini…!”

Tapi, apalah daya… Saya sudah mengingatkan. Tapi pak sopir tetap saja keukeuh berkelakuan sama. Hanya satu yang bisa saya lakukan. Mulut ini, tak berhenti komat kamit berdo’a, memperbanyak shalawat, dan berdzikir apa saja yang bisa menenangkan hati dan jiwa. Sambil sesekali kepala tertunduk akibat kantuk yang tak bisa ditahan lagi.

Perjalanan dari Semarang ke Tuban, hanya ditempuh selama 3 jam oleh pak sopir dahsyat nan spektakuler tersebut. Jalanan memang sedang cukup lengang, disamping kondisi jalan yang lebar dan mulus. Tapi, kalau cara nyalipnya seperti orang dikejar anjing begitu, ‘kan bikin kita, penumpangnya, deg deg serrrrr….? Sudah 2 kali ini, saya menaiki bus Panda dari Semarang ke Surabaya dengan ‘pengalaman’ yang tidak jauh beda.

Pantas saja banyak kecelakaan bis yang terjadi belakangan. Kejar setoran dan pendeknya waktu tempuh yang harus dijalani oleh para sopir, membuat mereka ‘menomorduakan’ nyawa-nyawa penumpang yang sedang menjadi tanggungannya. Mereka jadi ugal-ugalan di jalan. Padahal, seorang sopir memiliki tanggung jawab yang besar atas nyawa mereka yang menjadi ‘tanggungannya’.

Ah… Jangankan sopir yang dimintai pertanggungjawaban atas orang lain, diri kita sendiri saja, nanti juga akan dimintai pertanggungjawaban. Untuk apa waktu kita habiskan, untuk apa seluruh tubuh kita melakukan kegiatan, untuk apa harta kita belanjakan, untuk apa ilmu kita amalkan, dan seterusnya, dan sebagainya. Lho, jadi nyasar kemari idenya??? Whadeva lah…

Yang jelas sih… Naik bis semalam benar-benar memacu detak jantung saya. Sport jantung yang sesungguhnya, deh. Membuat debarnya jauh lebih kencang dari biasanya. Dan sebagai akibat dari kekagetan dan kekhawatiran (yang menyebabkan jantung berdebar lebih kencang) yang terjadi bertubi-tubi selama 6 jam lebih (sedikit) itu, kepala saya pening tujuh keliling. Seperti baru saja ditonjokin sama preman pasar. Hallah… Emang pernah ditonjokin preman pasar? Peniiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing sekali. Dan peningnya itu, baru hilang setelah pukul 3 sore. What a great headache.

 

 

Sumber gambar

***
..:: LaiQ ::..
Sidoarjo,  24 Februari 2012
18:54
Dikejutkan

9 tanggapan untuk “Sport Jantung yang Bikin Kepala Pening Tujuh Keliling

    1. Buat saya, semua alat transportasi itu memiliki karakteristik tersediri. Masing-masing cukup eksotik.

      Saya juga suka naik kereta api, tapi yang bisnis, apalagi kalau pas hamil besar. Bisa tidur dengan santai di lantai kereta api. Hehe… ^_^

      Suka

    2. wah kalau sinar mandiri saya dapetnya yang pelan terus sih hehe, kalau soal bus banter saya pernah naik pas jaman tahun 2010 pake SK, jamannya SK masih pake stylenya, tapi sekarang udah tidak dipakai

      Suka

Monggo bagi yang ingin menambahkan komentar