Bertemu Teh Pipiet Senja


Hari ini, aku bahagia. Be-A-Ha-A-Ge-I-A… Bahagiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa… (kumat lebaynya).

Gimana gak bahagia, coba…? Ketemu sama Teh Pipiet Senja, seorang penulis berkaliber internasional (sahabat para TKW Hongkong) yang bukunya udah puluhan (atau ratusan?). Ya… Maklumlaaaah… Aku kan belum pernah menjumpainya. Dia menjawab mention dariku di twitter saja, aku udah gembira banget. Siapa gue gitu…

Mulanya, secara tidak sengaja @awyyyyy yang menjadi follower ku (dan dengan ‘terpaksa’ aku follow dia), menuliskan kabar di timeline nya bahwa hari ini ada Launching dan Bedah Buku “Catatan Cinta dari Mekkah”, penulisnya Awy Ameer Qolawun. (Hah??? Siapa dia??? Gak kenal…!) Tempatnya di Auditorium FIB, Fakultas Imu Budaya, Universitas Airlangga, Surabaya.

Jujur, aku gak tertarik dengan judul bukunya. Yang membuatku menarik adalah kehadiran Teh Pipiet Senja yang akan me-launch buku dan membedah buku itu. Lupakan Awy… Lupakan Buku Catatan Cinta dari Mekkah… Teh Pipiet Senja benar-benar ‘mengalihkan duniaku’.

Maka, berangkatlah aku naik angkot dari rumahku ke Unair. Sebelumnya aku pastikan dulu ke @awyyyyy tempat launch dan bedah bukunya. Aku mention dia dengan bertanya, “berarti di kampus B?” dan jawaban yang aku terima cukup mengagetkan, “Naa, kalau itu aku nggak tahu 😀 kan aku nggak datang mbak”. (Hadeuuuuh… Ni orang gimana, siy? Bukunya mau di launch tapi gak tahu dimana tempatnya. Minta dilempar panci, kayanya.)

Nah… Masalahnya ternyata terletak pada diriku… Aku gak ngeh, kalau @awyyyyy itu sedang ada di Mekkah. Aku gak ngeh kalau @awyyyyy itu adalah penulis hebat (keterlaluan banget deh). Aku gak ngeh kalau @awyyyyy itu bukan asli Surabaya (tapi asli Lamongan). Aku gak ngeh kalau @awyyyyy itu gak paham juga dimana letak auditorium itu.

Dan parahnya… Aku baru ngeh saat membeli buku ‘Catatan Cinta dari Mekah’, membuka plastiknya, dan langsung membuka halaman paling belakang. Wealaaaaaaaaaaaaaah… Si @awyyyyy itu begini tho??? Dasaaaaaaaaaaaaaaaaaaaar… Lelet banget otakku ini…

Ah… Bukan Awy yang telah mengalihkan duniaku. Tapi Teh Pipiet Senja-lah yang menjadi magnet yang mampu menarik kuat perhatianku.

Nah… Begitu masuk auditorium, mataku langsung menyapu seluruh ruangan. Semua kursi hampir terisi penuh. Kecuali kursi di bagian cowok, alias laki-laki. Tak mungkin lah, aku berada di barisan mereka. Aku kan perempuan tulen (hehe…).

Lalu mataku kembali menyapu seisi ruangan. Aku mendapati kursi kosong yang berada di posisi PW (Paling Weeenaaak), tepat di depan pembicara, di shaff kedua. Ihiiiirr.… Tak kulewatkan kesempatan untuk duduk disana. Segera saja, kaki ini kulangkahkan menuju kesana.

Pipiet Senja dan Sinta Yudisia
Pipiet Senja dan Sinta Yudisia (Maaf, ya... Ngeblur gambarnya.. Maklum, pake kamera HP)

Ada 2 perempuan yang duduk di depan. Yang pertama, seorang perempuan yang tak lagi muda. Usia anak pertamanya saja, mungkin hampir sama denganku (hayyaaaaaa… ngaku-ngaku). Memakai jilbab dan atasan berwarna ungu tua (ungu adalah warna favoritnya). Dialah Teh Pipiet Senja. Yang kedua, duduk seorang perempuan berjilbab putih dan berkacamata. Namanya baru ku ketahui saat acara akan berakhir (cueknya aku kebangetaaaaaaaaaaan). Dia adalah Ibu Sinta Yudisia. Seorang perempuan dengan aktifitas yang cukup tinggi. Lihat saja isi blognya.

Teh Pipiet Senja… Aku melihat semangat yang luar biasa memancar dari setiap kata yang meluncur dari bibirnya. Aku melihat asa yang tak ada habisnya dari gerak gerik tubuhnya. Aku melihat aura yang sulit digambarkan dengan kata yang bisa menarik orang untuk gemar menulis dan membaca. Semua yang disampaikannya tak menampakkan bahwa dia baru saja terserang komplikasi penyakit sebagai akibat dari kelainan darah yang dideritanya. RUARRRR BIASA.

Dia berpesan kepada kami, “Jangan jadi penulis hebat, jadilah penulis yang istiqamah”. Saya juga pernah mendapatkan pesan ini dari seorang sahabat saya saat saya mulai malas mengisi blog ini. Percuma saja, punya blog tapi dibiarkan melompong, tak ada isinya.

Menulis dan istiqamah untuk menulis adalah sesuatu yang luar biasa. Penuh perjuangan. Apalagi sebagai blogger dan penulis pemula seperti aku. Untuk membiarkan hati jujur menuliskan sebuah peristiwa saja, susahnya minta ampun. Apalagi membiarkan jemari berada di tuts keyboard dan melewatkan waktu berlalu dengan huruf dan kata.

Yang membuatku terpesona padanya adalah pengakuannya pada kami, bahwa sebelum menerbitkan buku Awy ini, dia terlebih dahulu datang ke kampung halaman Awy di LA (Lamongan Asli). Dia ingin memastikan apakah Awy benar-benar ‘hidup’ di lingkungan pesantren dan apakah ortu Awy seperti yang dituliskan Awy dalam catatan-catatannya itu. Dia tinggal disana selama 2 hari. Akhirnya, dia yakin bahwa catatan-catatan Awy itu layak untuk dibukukan. Dan dia yakin juga bahwa buku Catatan Cinta dari Mekkah ini akan menjadi best seller. Semoga. Aamiin… Allahumma aamiin…

Terakhir, dia berpesan lagi, “Menulislah yang bermanfaat, jangan menulis yang menyesatkan ummat.”

Jujur saja, seketika itu pikiran saya melayang pada hastag #IndonesiaTanpaJIL di twitter. Tidak dapat dipungkiri, bahwa tulisan-tulisan yang dibuat oleh penggede ataupun pengikut JIL (Jaringan Islam Liberal, yang diplesetkan menjadi Jaringan Iblis Laknatullah atau Jaringan Iblis Lebay, pen.), telah mampu membangun opini yang menyesatkan. Utamanya adalah terkait dengan syari’at yang telah ditetapkan oleh agama Islam. Maka, pesan dari Teh Pipiet ini sangat tepat sasaran.

Numpang Nampang
Numpang Nampang

Di akhir catatan ini, aku ingin menyampaikan bahwa kegembiraanku memuncak manakala Teh Pipiet ‘mengenali’-ku. “Kita sudah twitter-an, ya Lailatul Qadr…” Alamaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaak… Disebut namaku olehnya. Dia ingat padaku, meski aku baru beberapa kali me-retweet kabar yang dituliskannya yang bisa kubaca di timeline ku.

Begini rasanya bahagia dipanggil oleh orang yang dicintai, dikagumi, dihormati. Ini baru Teh Pipiet yang memanggilku. Bagaimana jika aku hidup di jaman Rasulullah…?

Kalau Rasulullah punya twitter zaman itu, followernya pasti jutaan. Dan manakala Beliau menyebut nama kita saat bertemu (padahal belum pernah berjumpa sekalipun dengan Beliau), tentu saja… Hati kita akan berbunga-bunga. Senyum kita tak pernah ada habisnya. Bahkan bahagianya itu tak kan pernah hilang sampai ajal meregang nyawa.

Pantas saja Bilal menangis dan jatuh pingsan saat adzan (setelah Rasulullah wafat) manakala beliau mengumandangkan “Asyhaduanna Muhammadar Rasulullah...”. Rasa cinta, rasa kagum, rasa hormat, membuat Bilal tak kuasa menahan tangis. Tak kuasa menahan haru. Tak kuasa menahan rindu. Hatinya bergetar karena cinta kepada pembawa risalah kebenaran itu.

Pantas saja Teh Pipiet bilang, bahwa ‘hubungan’nya dengan beberapa penulis hebat lain adalah hubungan yang ‘aneh’. Aku sangat yakin, hubungan yang ‘aneh’ itu juga karena cinta. Ya… Ya… Ya… Ya… Sejak dulu, begitulah cinta.

Hati Berbunga
Hati Berbunga

Semoga pertemuan dengan Teh Pipiet kali ini bukan pertemuan yang terakhir kali. Semoga ada pertemuan-pertemuan berikutnya dengan suasana lebih indah dan dalam durasi yang lebih lama. Dan semoga aku dan dia dipertemukan juga di syurga-Nya nanti. Aamiin yaa rabbal ‘aalamiin…

***
..:: LaiQ ::..
Sidoarjo, 09 Maret 2012
05:19

15 tanggapan untuk “Bertemu Teh Pipiet Senja

  1. Kita lebih sering silaturrahim lewat dunia maya ya mbak? eh, emang mb Lail asli mana sih? Sempat nguping kalau suami lg ambil spesialis ya…maap, telinga perempuan sensitif emang…hihi *lebay.com*. teh piet itu orangnya kocak , nyantai, easy going meski hidupnya tergantung pada tranfusi darah…eh tergantung pada Allah SWT mestinya ua? Artinya, beliau tuh sosok tegar. Seneng deh kalau ngobrol sama teh piet..

    Suka

    1. Waaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa… Bu Sinta nyapa di blog saya…? SENANGNYAAAAAAAAAAAAAAAA…

      *lebaynya kumat*

      Iya, Bu… DuMay kadang mengalihkan duniaku… ^_^

      Asli Sidoarjo, Bu. Tapi suka plesiran jalan-jalan kemana-mana… Hehehe…

      Suami akan ambil spesialis di Unair, tahun ini. Insya Allah…

      Soal Teh Pipiet… Tak ada kata yang sanggup kuucap selain, semoga Allah senantiasa menjaganya. ^_^

      Suka

  2. awy itu ketua flp arabsaudi, en mb sinta itu org surabaya, ketua flp prov jatim, bukunya keren lho yang tentang takudar muhammad khan…..

    Suka

Monggo bagi yang ingin menambahkan komentar