Gowes Perdana dengan Kelas Tujuh Dua


Hari Minggu ini, saya berencana mengajak siswi kelas tujuh dua untuk gowes pagi hari. Awalnya, 18 siswa setuju untuk ikut. Wah, bakalan seru kalau jadi ke18nya ikut semua. Tapi ternyata…. Cuma 6 Siswi saja yang berangkat. Rafida Nur Syahari (Ketua Kelas), Silvy Azzarrah, Nida Adenia, Putri Verina, Ashvira Laylafasya Aghart, dan Arfiandini Asmara Dewi.

Meeting Point disepakati di Indomaret depan alun-alun Kota Sidoarjo. Pukul 05.30 hingga pukul 06.00. Peserta yang datang pertama kali adalah Silvy. Dia diantar oleh Bundanya di depan Indomaret. Terima kasih, Bunda.

Dan karena tak ada kabar dari peserta lain, jadilah kami bertujuh berangkat pukul 06.10.

Rute yang kami lewati adalah, alun-alun, Jl. Jenggolo, lewat bawah jembatan layang, desa Sono, desa Sidokepung, sampai ke rumah Ashvira di desa Jumput Rejo. Waktu yang ditempuh hampir 1 jam.

image
Di Perumahan Jaya Harmoni Sidoakepung

image
Di Rumah Ashvira

Tiba di rumah Ashvira, kami disambut dengan begitu ramah oleh Ayah, Bunda, Uti, dan adik Ashvira. Kami juga dijamu dengan sarapan dadakan. Menu yang dibuat tiba-tiba oleh Ayah dan Bunda Ashvira itu sangat enak. Urap-urap, ayam bumbu rujak, krupuk, dan teh manis hangat. Mantaaaaap. Perut kami memang sudah minta diisi. Apalagi anak-anak sudah minta berhenti untuk makan sedari tadi.

Satu jam kami berada disana. Pukul 08.00 kami melanjutkan perjalanan.

Dari rumah Ashvira kami menuju rumah Nabilah Widyayuniar (Bella) di daerah desa Anggaswangi. Untuk mencapai desa Anggaswangi, kami harus melewati jembatan layang yang dibawahnya ada jalan tol. Sebelum naik, kami berhenti sebentar. Leader tak berani memimpin di jalan tanjakan, maka pimpinan saya ambil alih.

Tak ada masalah saat naik. Tapi begitu turun, keseruan terjadi. Erin (Putri Verina) sampai berteriak saat itu. Ketika sepeda meluncur dari atas jembatan layang dan roda menggelinding dengan cepat tanpa dikayuh. “Waaahhh.. Seruuuuu…! Serruuuuuu…!” Teriaknya. Hihihi… Mungkin ini kali pertama Erin bersepeda dengan rute seperti ini.

Well, Perumahan tempat Bella tinggal, tak jauh dari jembatan layang tadi. Sekira 200 meteran lah. Begitu tiba disana, kami segera bercerita tentang keseruan yang baru saja terjadi. Lumayan memacu adrenalin lah… Hehe..

image

Di rumah Bella, Ayah dan Bunda Bella pun menyambut kami dengan ramah. Biskuit, air putih, dan es krim, menjadi sajian yang dihidangkan kepada kami.

Depan rumah Bella banyak ditumbuhi pohon mangga yang sedang berbuah, lho… Saya… jadi kepengen bikin rujak. Hehe…

Pukul 09.00 kami pamit. Kata Bunda Bella, ada jalan tembus yang bisa sampai ke perumahan Kahuripan. Nah, dari informasi tersebut, kami coba untuk melewati jalan tembus itu. Oia, dari rumah Bella, kami berpisah dengan Ashvira. Ashvira tak mungkin ikut kami kembali ke rute awal. Nanti dia terlalu jauh untuk kembali pulang ke rumahnya. Maka, kami lanjutkan perjalanan dengan 6 personil saja.

Di tengah jalan, anak-anak minta beli penthol kojek. Kata mereka, “Kalau liat pentol, gak beli, rasanya gak afdhol, Ustadzah. Hehe.” Maka perjalanan kami hentikan sejenak.

image
Beli Penthol

Kami lanjut gowes lagi setelah 5 menit istirahat. Terik matahari mulai menyengat kulit. Maklum… Sudah pukul 09.30 lebih. Saya kayuh sepeda lebih cepat karena saya masih menjadi leadernya.

Sampai di depan perumahan Kahuripan, saya bilang kepada anak-anak bahwa saya akan mengantar Silvy menyeberang jalan. Setelah itu, Silvy jalan sendiri pulang ke rumahnya dan saya putar arah menuju rumah saya. Kebetulan, Erin, Rafida, Rara, dan Nida satu jalur. Jadi mereka bisa berempat bisa pulang bersamaan. Dari situ, kita pecah jadi 3 jalur.

Ok… Mereka mengerti, katanya.

Pukul 10, saya tiba di rumah. Pukul 10.10, saya mendapat pesan wasap dari Silvy bahwa dia juga sudah tiba di rumah. Namun beberapa menit kemudian saya dikagetan dengan bunyi dering telepon. Saat saya angkat, “Ustadzah, kami tersesat…!” Kata Rafida di ujung sana.

“Hah? Koq bisa…? Dimana posisi kalian?”

“Depan GOR. Kami tak berani melanjutkan perjalanan karena kendaraan ramai sekali.”

“Hmmm… Itu bukan tersesat namanya. Jalan perlahan saja. Kalau harus menyeberang jalan, kalian turun saja dari sepeda. Tuntun. Kemudian baru menyeberang.”

“Gak berani. Tapi sekarang kami lagi makan bakso dulu untuk mengumpulkan keberanian.”

“Hmmm… Ya sudah. Semoga sukses nanti perjalanannya.”

Saya sebenarnya agak shock dengan keadaan ini. Ternyata anak-anak belum memiliki keberanian untuk menyeberang jalan. Rencananya, kalau mereka menelepon lagi, saya akan susul mereka dan mengantarkan mereka sampai di rumahnya masing-masing.

Telepon tidak berdering lagi. Saya menunggu informasi dari mereka sambil berdoa. Semoga tak terjadi apa-apa. Di tengah kekhawatiran saya, saya yakin, mereka bisa tiba di rumah masing-masing dengan selamat. Pukul 11.20, saya telepon masing-masing dari mereka. Dan alhamdulillaah, mereka sudah sampai di rumah masing-masing dengan selamat. Ya, dengan selamat.

Cukup seru perjalanan kali ini. Saya merasakan sangat berbeda antara gowes dengan anak putra dan gowes dengan anak putri.

Mungkin ini kali pertama kami gowes bersama. Semoga anak-anak gak kapok dengan pengalaman ini. Maafkan Ustadzah, ya Nak…

***
..:: LaiQ ::..
Sidoarjo, 13 Oktober 2013
14:17

Terima kasih, Ayah dan Bunda Ashvira atas ijinnya kepada putrinya untuk mengikuti gowes hari ini. Dan juga atas sarapannya. Semoga kebaikan Ayah dan Bunda mendapatkan balasan yang berlipat dari Allah swt.
Terima kasih, Ayah dan Bunda Bella atas jamuan dan es krimnya. Dan semoga Allah membalasnya dengan kebaikan yang berlipat ganda pula.
Terima kasih, Ayah dan Bunda Rafidah, Nida, Silvy, ERin, dan Rara atas ijinnya kepada putrinya untuk mengikuti gowes hari ini.

Posted from WordPress for Android

18 tanggapan untuk “Gowes Perdana dengan Kelas Tujuh Dua

Monggo bagi yang ingin menambahkan komentar