[Diary Fauzan] Cabut Gigi


Semalam, Fauzan cabut gigi untuk kedua kalinya. 6 bulan yang lalu, tepatnya tanggal 28 bulan Desember 2012, Fauzan pertama kalinya merasakan ‘sensasi’ cabut gigi. Saat itu, 2 gigi bawahnya sudah goyang, artinya gigi dewasa sudah mendorong gigi susunya untuk keluar dari gusi. Karena pencabutan relatif mudah, maka saya tak menungguinya saat gigi itu dikeluarkan oleh dokter gigi yang juga ayahnya itu. Dan ini foto 6 bulan lalu.

image

Nah, karena 2 gigi atas (salah satunya sudah rusak) agak sedikit ‘ndrawasi” untuk dilakukan pencabutan, maka ayahnya meminta saya menemani Fauzan saat giginya diambil. Ini, cukup mendebarkan bagi saya karena saya sebetulnya tak tega melihat anak saya keluar darah.

Anastesi sudah disiapkan, jarum pun sudah terpasang. Sang dokter sudah memakai handscoon dan siap untuk beraksi. Saya dimintanya untuk memegangi tangan Fauzan. Sedangkan sang perawat, yang juga tantenya, memegangi kaki Fauzan.

Jarum mulai disuntikkan ke gusi, anastesi diinjeksikan masuk ke dalam gusinya. Anastesi diinjeksikan di beberapa titik. Fauzan juga meronta, berteriak-teriak memanggil Abinya. Dia bilang, “Abiiiii… Abiiii…” Bersuara seperti menangis.

Setelah anastesi masuk semua, Fauzan boleh berkumur. Karena dia tahu dimana letak saklar untuk mengeluarkan air, saklarnya dipencet sendiri. Dia berkumur sampai darah di gusinya sudah tak keluar lagi. Saat itu saya tanya, “Sakit ya, Nak?”

Dia pun menjawab, “Sakit, sih… Tapi cuma sedikit.”

Dokter bertanya padanya, “Sudah terasa tebal bibirnya?”

Dia menjawab, “Sudah. Nanti kalau mencabut, pelan-pelan ya, Bi.”

Nah… Inilah saat yang dinantikan. Saya sudah deg2an ajha sebenarnya. Takut di meronta-ronta seperti saat di sunat 2 tahun lalu.

Tang telah berada di tangan kanan dokter. Sedang tangan kirinya memegang bibir atas Fauzan. Hanya beberapa detik, gigi yang rusak sudah berhasil keluar. Selang beberapa detik kemudian, gigi sebelahnya juga dikeluarkan. Gigi ini karena belum mati seperti gigi sebelumnya, agak memerlukan waktu yang lebih lama. Terdengar bunyi “kresh” dari gusinya, lalu gigi keluar dengan mudahnya.

“Sudah,” kata sang dokter.

“ALhamdulillaah,” ucap saya berikutnya.

Dokter memberikan kasa pada gusi yang sudah tak ada lagi giginya. Dibersihkan sampai tak ada lagi darahnya.

Dokter berpesan pada Fauzan, “Setelah ini, akan tumbuh gigi dewasa. Fauzan harus rajin menjaganya. Menggosok gigi 2 kali. Dijaga agar tidak rusak, ya?”

Dengan kasa di mulut, Fauzan bilang, “Ya, Abi.”

Sepulang dari dokter gigi, Fauzan lapar. Dia minta makan di Toby’s Sidoarjo di Jl. Pahlawan. Saat dia makan, saya perhatikan gigi yang sudah tercerabut tadi (kami bawa pulang). Masya Allah, ternyata gigi anak2 itu panjang juga bentuknya. Dan akar giginya ‘tergerus’ oleh gigi dewasa yang akan tumbuh. Sebuah sistem kerja tubuh yang benar2 terkendalikan oleh skenario yang luar biasa hebat.

Nah, ini dia Fauzan sekarang… Tanpa gigi atas.

image
Cabut Gigi Kedua

***
..:: LaiQ ::..
Sidoarjo, 02 Juni 2013
07:57

Nyempetin posting sebelum ke Pare

Posted from WordPress for Android

8 tanggapan untuk “[Diary Fauzan] Cabut Gigi

Monggo bagi yang ingin menambahkan komentar