Pendakian Penanggungan


Setelah 11 tahun tak mendaki gunung, maka beberapa waktu lalu saya berjanji pada diri sendiri untuk mulai melakukan aktivitas ini lagi.

Dua minggu sebelumnya, saya menghubungi beberapa teman yang dulu aktif di SMALAPALA. Salah satu yang menjadi incaran saya adalah Promptia Nastitimukti, juniordi SMALAPALA dan PALAWIJA. Saya PENTA XI, sedangkan dia PENTA XV. Setelah mengirim pesan lewan WA, YM, FB, akhirnya saya hanya mendapati Prompti yang masuk ke dalam “jebakan batman”. Jadilah, kita janjian berdua untuk hiking ke Penanggungan dengan cara tracking -tanpa camping-, hari Sabtu,  27 Oktober 2012, kemarin.

Promptia - Teman Seperjalanan
Promptia – Teman Seperjalanan

Kami berangkat dari Terminal Bungurasih sekitar pukul 15.30 naik bus ekonomi Jurasan Surabaya – Malang. Untuk sampai di Terminal Pandaan, ongkos yang harus kami keluarkan sebesar Rp 5.000. Dari sana, perjalanan masih berlanjut dengan angkutan umum ke arah Trawas. Bersyukur sekali karena perjalanan dengan angkutan umum itu sangat lancar. Tak ada kemacetan, tak menunggu lama, dan terlebih selamat sampai di tujuan.

Meski agak sedikit lupa (maklum… sudah 11 tahun) dan pengalaman Prompti berkendaraan umum yang sangat minim, kami bisa tiba di desa Tamiajeng dengan  waktu yang tepat, pukul 17.00. Dan kami memutuskan untuk beristirahat di tempat ini.

Musholla Rohmatul Ummah
Musholla Rohmatul Ummah

Sejak pukul 17.00 hingga 22.00 kami berada di sekitaran Musholla ini. Sholat Maghrib, Sholat Isya’, dan makan malam, kami lakukan disini. Bahkan, saya sempat memejamkan mata sejenak alias tertidur selama 1 jam di dalam Musholla.

Pukul 22 tepat kami mulai pendakian. Suasana sepi, padahal sore harinya kami menjumpai beberapa pendaki lain ‘berkeliaran’ di sekitar kami. Saat itu, kami bersyukur bahwa kami tak hanya berdua, melainkan berbanyak orang meskipun tidak tergabung dalam 1 tim yang sama. “Pada kemana mereka sekarang?” Begitu pikir saya.

Ternyata di luar dugaan saya, di ujung jalan aspal (jalan makadam) banyak sekali pendaki lain beristirahat menunggu waktu. “Waah… Bakal seru dengan acara salip menyalip niy…” batin saya berucap.

Dan benar saja, baru beberapa meter kami berjalan, kami sudah disalip 2 orang pendaki lain. Haha… Biar saja lah. Kan ceritanya, kita sedang melakukan fun hiking. Berjalan sekuatnya dan berhenti semaunya. Maksudnya tak ada manajemen waktu disana. Lakukan saja… Jalani saja…

Saya pribadi, sembari berhenti break, sesekali mengambil gambar pemandangan lampu kota di bawah sana. Sayangnya, hasil jepretan saya kurang bagus. Hanya jalan-jalan terjal saja yang berhasil saya bidik dengan baik (menurut versi saya). Oia, jangan dibayangkan break itu dengan istirahat sambil duduk ya… Kami break sambil berdiri saja. Mengapa? Karena jika kami duduk, maka kelelahan semakin menyergap kami ketika mulai berjalan lagi. Tips untuk yang sudah sekian tahun tak hiking.

Sepanjang Jalan
Sepanjang Jalan

Pukul 01.00, kami tiba di lapangan. Lapangan adalah sebuah tempat datar sebelum puncak. Lapangan biasa digunakan oleh para pendaki untuk mendirikan tenda dan beristirahat (tidur). Kami yang tak membawa dome untuk camping, berisitirahat dengan cara berselimut ponco dan berada di dekat perapian yang dibuat oleh pendaki lain.

Pukul 04.00 kami terbangun dan segera melaksanakan Sholat Shubuh. Berwudhu dengan air 500 ml dibagi 2, Sholat di hamparan rumput, di udara yang terbuka, dan di dinginnya pagi, itu sebuah kenikmatan tersendiri. Memperbanyak ucapan syukur adalah yang saya lakukan saat itu. Seperti ada haru yang menyeruak di dada. Cieee… 

Selesai Sholat Shubuh, Matahari mulai menampakkan sinarnya yang jingga. Indah sekali bukan…?

Sunrise di Penanggungan
Sunrise di Penanggungan

Kami melanjutkan perjalanan menuju puncak Penanggungan secara perlahan tapi pasti (slowly but sure). Pasir dan sisa rumput yang terbakar, tertiup angin kencang berkali-kali masuk ke mata kami. Belum lagi batu-batu dan kerikil yang tajam, beberapa kali membuat kami terpeleset dan terjatuh. Berhenti? TIDAK! Sudah sejauh ini. Puncak tinggal beberapa saat lagi.

Akhirnya pukul 06.30 kami tiba juga di puncak Penanggungan. Subhanallah… Pemandangannya sangat indah. Di kejauhan tampak gunung Welirang dan Arjuno. Agak ke Timur, tampak puncak Gunung Semeru. Pemandangan dilingkupi kabut tebal. Seperti kapas yang berterbangan.

Semeru - Welirang - Arjuno
Semeru – Welirang – Arjuno

Setelah berfoto fiti (bahkan Prompti sempat bergaya dengan Nescafe dan Tablet saya), sekitar pukul 7, kami diajak pendaki lain untuk mengikuti upacara. Sejenak, kami berdua berpandangan. Upacara? Upacara apa? Dalam rangka apa?

*tepok jidat*

Kami lupa. Ternyata hari itu adalah tanggal 28 Oktober, tanggal yang diperingati sebagai hari Sumpah Pemuda. Jadi, upacara itu adalah upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda. Ajakan itu kami tolak halus dengan alasan kami akan mengambil foto acara itu saja. Kesempatan langka mengabadikan momen upacara di atas gunung. Jadi wartawan dadakan, deh.

Upacara itu diikuti oleh beberaapa komunitas pendaki, anggota Pramuka, dan Tim SAR Jawa Timur. Selaku Pembina upacara adalah seorang Polisi, entah dari satuan mana. Yang jelas, beliau memproklamirkan dirinya sebagai seorang Polisi saat menyampaikan amanah. Rangkaian acara upacaranya cukup lengkap dari awal hingga akhir. Bahkan ada mengheningkan cipta segala. Selaku paduan suara adalah Tim SAR Jawa Timur. Sempat terdengar banyak nada false disana sini. Tak apalah… Cuku bagus persiapannya.

Upacara Bendera
Upacara Bendera

Pukul 8 kami mulai melakukan perjalanan turun gunung. Dan bisa dipercaya atau tidak… Kami baru sampai base camp (jalan makadam) pukul 11.30. Haha…

Lailatul Qadr
Lailatul Qadr
Another Scene
Another Scene
Gado Gado
Gado Gado

Well, insya Allah ini bukan pendakian yang terakhir. Saya masih punya keinginan untuk mendaki lagi. Bisa jadi gunung yang sama dengan melewati jalur yang berbeda, atau mendaki gunung lain. Yang pasti… Saya menikmati sekali pendakian ini.

Usia tak menjadi masalah bukan…? Asal ada keinginan yang kuat dan semangat yang pantang menyerah.

***

..:: LaiQ ::..
31 Oktober 2012
11:23

ditulis dengan energi yang masih belum seluruhnya pulih.

54 tanggapan untuk “Pendakian Penanggungan

  1. eh anak gunung juga ternyata.. asik bertambah deh temen naik gunungnya..
    keren ya kalu udah diatas, paling didamba itu pemandangan tuhan yang keren yang ga ada dilihat ditempat lain.. aura-nya itu loh..

    Suka

    1. sy juga lagi tnggu sms temen kampus katanya mau ke gunung salak,eh gak dsms2
      lagi liburan 2 mnggu gak enak jg gak kemana2
      jd harus ke surabaya dulu?wah harus nunggu libur panjang kalo gitu
      urusan makan,tenang aj mba sy makannya dikit koq,ciyuzz

      Suka

    2. Meskipun makannya sedikit, tetep… Harus bayar sendiri…!

      Ohhh… Dinar lagi libur…? Selamat berlibur ya… Saya juga pengen ke Gunung Salak niy… Entah kapan… 🙂

      Suka

    1. tahun depan lewat jalur kopeng dong mba… siapa tau kita bisa sekalian kopdar.hehe…
      tapi jangan januari atau februari juga, kedeketan… 😀
      Mira kan baru kesana bulan september kemarin…

      Suka

    2. wah, kalau desember kecepetan. Ikut yg lain2 aja. 😀
      kan ada 2 jalur pendakian mba kalau ga salah untuk ke merbabu itu. 1 via Selo yang di Boyolali, 1nya lagi via Kopeng, ini lupa daerah mana…

      Suka

Monggo bagi yang ingin menambahkan komentar