Namanya Muhammad Qadhafi Az Zukhruf. Lahir di Sidoarjo, 20 Juli 2000. Dia biasa dipanggil Qadhafi di sekolah. Saat ini Qadhafi duduk di kelas 7-1 SMPIT Insan Kamil Sidoarjo, tempat saya mengajar saat ini.
Akhir-akhir ini, Qadhafi menjadi buah bibir di kalangan siswa dan siswi SMPIT Insan Kamil. Pasalnya, prestasi Qadhafi yang memang luar biasa.
Baru 3 bulan belajar di SMP, dia sudah berhasil menghafal juz 1, bahkan saat ini dia sudah mulai menghafal juz 2. Sebuah prestasi HEBAT, mengingat sekolah kami bukan sekolah boarding yang 24 jam siswa berada dalam pengawasan sekolah.
Hal ini menggelitik saya untuk membuat wawancara dan mempostingnya.
…
Saya mengenalnya sejak lama sebelum dia masuk ke sekolah kami. Kala itu saya masih bergabung di LBB Primagama Cabang Dr. Cipto (Sidoarjo). Dia yang bertubuh besar memudahkan saya mengingat wajah dan namanya yang tidak umum.
Saat masih SD, saya mengenalnya sebagai siswa yang bisa dikategorikan sedikit bermasalahan. Ini bukan subyektif, lho… Dia sendiri mengakuinya kemarin, saat saya mewawancarainya di waktu istirahat. “Iya, saya pernah nakal, Ustadzah.” Begitu katanya.
Lalu, bagaimana dia bisa berubah? Apa yang menyebabkan dia berubah? Beginilah kalimat yang dia sampaikan kepada saya, “Alhamdulillaah, saya mendapat hidayah. Waktu itu, mama saya sering menyetelkan Surat Al-Baqarah dari HP di pagi hari. Setiap hari tanpa absen. Lalu, mama juga membelikan Al-Qur’an e-pen (Al-Qur’an yang ada suaranya saat disentuhkan ke tulisannya). Tiba-tiba saja, saya bisa menghafal beberapa ayat dari surat Al-Baqarah. Dari situ mama terus memberikan motivasi kepada saya.”
Saya tertegun dengan apa yang diucapkannya. Hidayah, mama, istiqomah, motivasi. 4 kata kunci yang begitu menohok dada saya.
“Kemudian bagaimana?” Tanya saya.
“Lalu mama memasukkan saya ke Insan Kamil, karena mama punya visi yang sama dengan sekolah,” lanjutnya.
Sebuah orientasi yang jelas dari makna pendidikan. Kontinyu dan berkesinambungan. Tidak terpetak-petak. Sebuah prinsip dimana pendidikan anak adalah tanggung jawab bersama, sekolah dan rumah. Begitu kira-kira.
“Lalu, kapan Qadhafi mulai berubah?”
“Sekitar akhir-akhir semester 1 mau masuk semester 2 (SD kelas VI, pen.)”
“Baik. Lalu, bagaimana Qadhafi menyelesaikan Juz 1? Kapan mulai mengahafal?”
“Mulai menghafal ya saat bulan Juli di Pare dulu. Trus, sampai sekarang. Dibaca berulang-ulang, dihafal berulang-ulang.”
Memang. Qadhafi selalu membawa Al-Qur’an kecil di tangan kanannya. Masuk sekolah, baca. Naik tangga, baca. Pergantian jam, baca. Menunggu iqomah, baca. Setelah makan kue saat istirahat, baca. Saat membeli kue di mini market mulutnya tak henti-henti melantunkan ayat-ayat Allah. Benar-benar menjadikan Al-Qur’an sebagai aktivitasnya.
“Qadhafi merasa tertekan dengan apa yang Qadhafi lakukan sekarang? Misalnya, tak bisa main, tak bisa senang-senang seperti lainnya.”
“Tidak. Saya senang menghafal Al-Qur’an. Sama sekali tidak merasa ada tekanan.”
“Qadhafi pernah belajar pelajaran lain?”
“Belajar juga lah, Ustadzah. Tapi paling 15 menit. Trus baca Qur’an lagi.”
“Koq tidak remidi? Bisa masuk ya?”
“Bisa. Ya… semua jadi mudah kalau kita menghafal Al-Qur’an.”
“Oia? Darimana Qadhafi mendapatkan kata-kata itu.”
“Mama. Mama pernah bilang, kalau kamu menghafal Al-Qur’an, semua akan mengikuti. Ustadzah mengerti maksid saya?”
“Insya Allah, paham. Mama yang bilang begitu?”
“Iya.”
“Qadhafi, maaf kalau Ustadzah bertanya hal pribadi. Qadhafi pernah muncul suka terhadap lawan jenis?” Saya bertanya hal ini karena Qadhafi sudah baligh.
“Ya pernah lah. Saya kan normal.”
“Bagaimana menyikapinya?”
“Biasa ajha. Ya….. Gak usah diomongin lah. Ngobrol ajha sama mama. Nanti ilang sendiri kata mama.”
“Hmmm… Mama Qadhafi keren ya? Bisa bilang begitu.”
“Iya, ustadzah. Mama saya memang keren. Hehe…”
“Qadhafi tidur jam berapa kalau malam?”
“Tergantung perut, Ustadzah. Kalau kenyang ya tidurnya cepet. Hehe… Tapi paling malam jam 9.”
“Bangun?”
“Jam 3 atau setengah 4. Langsung mandi terus sholat tahajud.”
“Setiap hari?”
“Bisa dikatakan…. ya… hampir lah. Sering gitu. Tapi kalau gak gitu ya bangun pas Shubuh.”
“Hmmm… Ok. Ngomong-ngomong, apa cita-cita Qadhafi?”
“JADI HAFIDZ DAN IMAM MASJIDIL HARAM.” Ujar teman-teman Qadhafi yang sedari tadi berada di sekitar kami dan mendengar wawancara saya dengan Qadhafi.
Bagaimana? Luar biasa kan, dia?
Semoga cita-cita Qadhafi tercapai. Semoga Qadhafi mampu mempertahankan hidayah yang ada dalam diri Qadhafi saat ini. Semoga Allah menjaga Qadhafi untuk tetap berada dalam kebaikan. Aamiin.
Ini dia penampakan Qadhafi. Manis ya?
NB : Hari Sabtu ini, anak kelas 8 menjalani munaqosah (ujian) juz 1. Dan Qadhafi adalah satu-satunya peserta dari kelas 7.
***
..:: LaiQ ::..
Sidoarjo, 03 Oktober 2013
11:57
Tanpa editing.
Posted from WordPress for Android
Subhanallah menginspirasi. . . Iri, pengin. . . . . Tp kok msh males, astaghfirullah, gmana tipsnya nih, biar ga males dn tetap istiqomah. . Huhu
SukaSuka
Saya juga sedang dalam taraf belajar untuk melakukannya. Akan muncul banyak artikel di google kalau kita mencari dengan kata kunci “Tips Menghafal Al-Qur’an”. Afwan…
SukaSuka
Ibune iku nak Inno sing hebat!
SukaSuka
Iya, Bunda.
Ibunya luar biasa.
SukaSuka
Mamanya hebat banget, aku jadi iri…semoga Allah memberikan umur yg barakah buat mama n qadhafi beserta semua kita yg berada disini. Thanks mbak lailatulqadr, tulisan nya sgt menginspirasi…
SukaSuka
Hihi… Benar, mbak.
Sama2 belajar dari mama Qadhafi, yuk…
SukaSuka
waaa keren bangettt
SukaSuka
Iya… keren…
SukaSuka
SubhaanaLlaah.. Keren banget Qadhafi. Kalau Qur’an dicintai, Allah SWT memberi lebih dari yang kita inginkan ya? Kenapaaaaa yang udah lebih lama kenal seperti kita (saya maksudnya, hehehe) kok masih idle gini hafalannya 😦
SukaSuka
Sama, Bu Eka. 😦
SukaSuka
kog ditanya citacita malah yang jawab tementemennya? semoga kesampean ya.. keren tuh jadi imam mesjid haram..
SukaSuka
Karena teman2nya sudah tahu cita2 Qadhafi, mbak Tin. Sudah hafal.
SukaSuka
berkaca-kaca..
anak yang hebat, mama yang lebih hebat lagi..
SukaSuka
Iyah, mbak. Ada rencana untuk mewawancara mamanya
SukaSuka